SATUAN
ACARA PANYULUHAN
PENYAKIT
CACINGAN
Disusun
Oleh :
ANDES BASAULI SIMBOLON ( 111.0701.030 )
DIII
KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
T.A
2012/2013
I. IDENTIFIKASI
MASALAH
Penelitian
menunjukkan bahwa 90% anak Indonesia mengidap cacingan. Meskipun demikian,
penyakit cacingan ini masih sering dianggap sebagai angin lalu tidak hanya oleh
masyarakat tetapi juga pemerintah. Padahal, cacingan dapat mengakibatkan
menurunnya kondisi kesehatan, gizi, dan kecerdasan penderitanya sehingga
dipandang sangat merugikan, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan
protein serta kehilangan darah. Hal ini tentu saja dapat menurunkan kualitas
sumber daya manusia. Melihat berbagai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit
ini, tentu saja cacingan dapat dikategorikan sebagai salah satu masalah
kesehatan yang cukup mengkhawatirkan dan memerlukan penanganan yang serius. Hal
ini terutama karena sebagian besar penderitanya adalah anak – anak atau balita,
yang masih dalam masa pertumbuhan.
Selain
itu, keadaan lingkungan dan kebersihan perseorangan juga sangat mempengaruhi
penyebaran penyakit ini. Berkaitan dengan hal itu, diperlukan suatu upaya
bersama dan juga kesadaran untuk menanggulangi penyakit ini. Dengan adanya
penyuluhan ini dapat meningkatkan kesadaran serta pemahaman mengenai penyakit
cacingan sebagai salah satu masalah kesehatan yang serius, diharapkan dapat
menurunkan jumlah penderita penyakit ini, khususnya bagi balita atau anak –
anak. Cacing yang sering menyerang manusia adalah cacing kremi, cacing tambang,
dan cacing gelang. Banyaknya penyakit cacingan juga dapat menunjukkan keadaan
sosial yang buruk.
II. PENGANTAR
Topik : Penyakit Cacingan
Sub
Topik : Deteksi Dini & Pencegahan
Penyakit Cacingan
Sasaran : Ibu-ibu & Anak-anak di Lenteng Agung
Pembicara
: Andes Basauli Simbolon
Hari
/tanggal : Senin, 22 Oktober 2012
Jam : 10.00 WIB - Selesai
Waktu : 20 menit
Tempat : Lenteng Agung
III.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah
diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu memahami tentang penyakit
cacingan dan hal-hal yang terkait lainnya.
IV.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
- Menjelaskan pengertian penyakit cacingan
- Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit cacingan
- Menjelaskan akibat penyakit cacingan
- Menjelaskan cara cacing masuk ke dalam tubuh manusia
- Menjelaskan gejala penyakit cacingan
- Menjelaskan pengobatan penyakit cacingan
- Menjelaskan pencegahan penyakit cacingan
V. GARIS
BESAR MATERI
- Pengertian penyakit cacingan
- Penyebab terjadinya dan penularan penyakit cacingan
- Akibat penyakit cacingan
- Perjalanan cacing
- Gejala penyakit cacingan
- Pengobatan penyakit cacingan
- Pencegahan penyakit cacingan
VI.
METODE
·
Ceramah
·
Tanya
Jawab
·
Diskusi
VII.
MEDIA
·
Leaflet,
·
flip chart.
VIII. PROSES
KEGIATAN
No.
|
Kegiatan Penyuluh
|
Kegiatan Audiens
|
Waktu
|
1.
|
Pendahuluan
|
|
2 menit
|
2.
|
Penjelasan Materi
|
|
15 menit
|
3.
|
Penutup
1.
Evaluasi
2.
Menjawab
pertanyaan
3.
Menyimpulkan
hasil penyuluhan
4.
Memberikan
salam penutup
|
1.
Memberikan
pertanyaan lisan
2.
Aktif
bersama dalam menyimpulkan
3.
Membalas
salam penutup
|
3 menit
|
X.
PENGESAHAN
Jakarta,22 Oktober 2012
Sasaran,
Pemberi materi,
(
Ibu-ibu & Anak )
( Andes Basauli Simbolon )
Mengetahui
Dosen
pembimbing,
(
Desmawati )
XI. RENCANA
EVALUASI
Bentuk
lisan :
1.
Sebutkan penyebab terjadinya penyakit cacingan
2.
Sebutkan akibat penyakit cacingan
3.
Sebutkan gejala penyakit cacingan
4.
Jelaskan mengenai pengobatan penyakit cacingan
5.
Jelaskan mengenai pencegahan penyakit cacingan
XII.
LAMPIRAN MATERI
PENYAKIT
CACINGAN
1.
Pengertian Penyakit Cacingan
Cacingan
merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat
ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva
(masa hidup setelah telur) cacing menyebar ke berbagai sudut yang sangat
mungkin bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva (masa hidup setelah
telur) cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk
berkembang. Cacing yang sering menyerang tubuh manusia adalah cacing
tambang, cacing gelang dan cacing kremi.
Gagguan yang ditimbulkan penderita mulai dari yang ringan tanpa gejala hingga
sampai yang berat bahkan sampai mengancam jiwa. Secara umum gangguan nutrisi
atau anmeia dapat terjadi pada penderita.
2. Penyebab dan Cara Penularan Penyakit Cacingan
1.
Kebersihan
Lingkungan
Di
Indonesia seharusnya tidak lagi menggunakan septictank untuk
keperluan buang air besar. Ketika seorang anak yang cacingan buang air besar di
lantai, maka telur atau sporanya bisa tahan berhari-hari, meskipun sudah dipel.
Sebelum dapat rumah, larva tidak akan keluar (menetas). Begitu masuk ke usus,
baru ia akan keluar. Telur cacing keluar dari perut manusia bersama feses. Jika
limbah manusia itu dialirkan ke sungai atau got, maka setiap tetes air akan
terkontaminasi telur cacing. Meskipun seseorang buang air besar di WC, ia tetap
saja bisa menyebarkan telur ini bila kakusnya meluber saat musim banjir.
2.
Kebiasaan
yang Buruk
Telur
lainnya terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang tangan manusia. Lewat
interaksi sehari-hari, mereka bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain.
Mereka akan masuk ke dalam perut jika biasa makan tanpa cuci tangan. Jika orang
– orang selalu menggaruk-garuk lubang pantatnya saat sedang tidur, bisa jadi ia
terserang cacing kremi. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan
kukunya. Sebagian lagi menempel di seprei, bantal, guling, dan pakaiannya.
Lewat kontak langsung, telur menular ke orang-orang yang tinggal serumah
dengannya. Lalu, siklus cacingan pun dimulai lagi
3.
Makanan
yang Tercemar oleh Larva Cacing.
Jika
air yang telah tercemar dipakai untuk menyirami tanaman atau aspal jalan,
telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada
butiran debu. Saking kecilnya telur-telur itu tak akan pecah, meskipun dilindas
ban mobil atau sepeda motor. Bersama debu, telur itu tertiup angin, lalu
mencemari gorengan atau es doger yang dijual terbuka di pinggir-pinggir jalan.
Karena menular lewat makanan, korban cacingan umumnya anak-anak yang biasa
jajan di pinggir jalan. Mereka juga bisa menelan telur cacing dari sayuran
mentah yang dicuci kurang bersih. Misalnya, hanya dicelup-celup di baskom tanpa
dibilas dengan air mengalir. Buang air besar sembarangan juga berbahaya.
Prosesnya kotoran yang mengandung telur cacing mencemari tanah lalu telur
cacing menempel di tangan atau kuku lalu masuk ke mulut bersama makanan.
Kotoran yang dikerumuni lalat kemudian lalat hinggap di makanan, juga bisa
masuk melalui mulut.
4.
Tanah yang
Mengandung Larva Cacing
Tanah
yang mengandung larva cacing dan masuk melalui pori – pori tubuh. Selain
melalui makanan yang tercemar oleh larva cacing, cacing juga masuk ke tubuh
manusia melalui kulit (pori-pori). Dari tanah, misalnya lewat kaki anak
telanjang yang menginjak larva atau telur. Bisa juga larva cacing masuk melalui
pori-pori, yang biasanya ditandai dengan munculnya rasa gatal
3.
Akibat Penyakit Cacingan
Pada
kasus ringan cacingan memang tidak menimbulkan gejala nyata, tetapi pada
kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Cacing dapat bermigrasi ke
organ lain yang menyebabkan infeksi pada usus dan dapat berakhir pada kematian.
Infeksi
usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi
penyakit lain termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Dampaknya
dapat dilihat dari terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak-anak,
komplikasi kehamilan, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kerusakan tubuh secara
signifikan hingga kecacatan, kebutaan, stigma sosial, serta produktivitas
ekonomi dan pendapatan rumah tangga yang menurun. Bisa juga terjadi “erratic“,
yakni, cacing keluar keluar lewat hidung atau mulut.”
Cacingan
menyebabkan anemia sehingga membuat anak mudah sakit karena tidak punya daya
tahan. Anak juga akan kehilangan berat badan, dan prestasi belajar turun. Dari
pertumbuhan fisik yang terhambat, hingga IQ loss (penurunan
kemampuan mental). Dalam perjalanannya, anak bisa jadi batuk seperti TBC,
berdahak seperti asma.
4.
Perjalanan Cacing
Sebelum
membahas perjalanan cacing di tubuh manusia, akan dijelaskan bentuk dari cacing
– caicng yang sering masuk ke tubuh manusia. Cacing gelang berukuran 20 hingga
40 centimeter, cacing betina mampu bertelur 200.000 butir sehari. Organ tubuh
yang diserang adalah otak, hati, dan usus buntu. Cacing cambuk berukuran 4-5
centimeter, mampu bertelur 5.000 butir sehari dan senang menghisap darah. Oleh
karena itu penderita yang terinfeksi cacing ini akan kehilangan darah 0.005
centimeter cubik (cc) per hari. Cacing tambang berukuran 1 centimeter, mampu
bertelur 10.000 sehari. Cacing ini pun dapat menghisap darah.
-
Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia
merupakan satu-satunya hospes (tempat hidup) cacing ini. Cacing jantan
berukuran 10 – 30 cm, sedangkan betina 22 – 35 cm, pada stadium dewasa hidup di
rongga usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000 – 200.000 butir
sehari, terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi.
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif
dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Bentuk
infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus halus,
larva tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh darah atau saluran limfa
dan dialirkan ke jantung lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus
dinding pembuluh darah, lalu melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus,
kemudian naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva
menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan
masuk ke dalam esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing
dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan
sampai menjadi cacing dewasa
–
Cacing Tambang
Cacing
tambang Hospes parasit ini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus
halus dengan giginya melekat pada mucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000
– 10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm,
cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C
dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah
sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1 – 1,5
hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform.
Dalam
waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat
menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7–8 minggu di tanah. Setelah menembus
kulit, larva ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru
menembus pembuluh darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari
laring, larva ikut tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing
dewasa. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan
bersama makanan.
- Cacing
Cambuk
Manusia
merupakan hospes cacing ini. Cacing betina panjangnya sekitar 5 cm dan yang
jantan sekitar 4 cm. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian
anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Satu ekor cacing betina diperkirakan
menghasilkan telur sehari sekitar 3.000 – 5.000 butir. Telur yang dibuahi
dikelurkan dari hospes bersama tinja, telur menjadi matang (berisi larva dan
infektif) dalam waktu 3 – 6 minggu di dalam tanah yang lembab dan teduh. Cara
infeksi langsung terjadi bila telur yang matang tertelan oleh manusia (hospes),
kemudian larva akan keluar dari telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah
menjadi dewasa cacing turun ke usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan
sekum. Masa pertumbuhan mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan
siap bertelur sekitar 30 – 90 hari.
5.
Gejala Penyakit Cacingan
a.
Gejala Umum
Perut
buncit, badan kurus, rambut seperti rambut jagung, lemas dan cepat lelah, muka
pucat, serta mata belekan. sakit perut, diare berulang dan kembung, kolik yang
tidak jelas dan berulang,
b.
Gejala Khusus
-
Cacing Gelang
Sering
kembung, mual, dan muntah-muntah. Kehilangan nafsu makan dibarengi diare,
akibat ketidakberesan di saluran pencernaan. Pada kasus yang berat, penderita
mengalami kekurangan gizi. Cacing gelang yang jumlahnya banyak, akan menggumpal
dan berbentuk seperti bola, sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan di saluran
pencernaan.
- Cacing
Cambuk
Dapat menimbulkan peradangan di
sekitar tempat hidup si cacing, misalnya di membrane usus besar. Pada kondisi
ringan, gejala tidak terlalu tampak. Tapi bila sudah parah dapat mengakibatkan
diare berkepanjangan. Jika dibiarkan akan mengakibatkan pendarahan usus dan
anemia. Peradangan bisa menimbulkan gangguan perut yang hebat, yang
menyebabkan mual, muntah, dan perut kembung.
- Cacing Tambang
- Cacing Tambang
Cacing
tambang menetas di luar tubuh manusia, larvanya masuk kedalam tubuh melalui
kulit. Cacing tambang yang hidup menempel di usus halus menghisap darah si
penderita. Gejala yang biasa muncul adalah lesu, pucat, dan anemia berat.
- Cacing
Kremi
Telur
cacing ini masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu bersarang di usus besar.
Setelah dewasa, cacing berpindah ke anus. Dalam jumlah banyak, cacing ini bisa
menimbulkan gatal-gatal di malam hari. Tidak heran bila si kecil nampak rewel
akibat gatal-gatal yang tidak dapat ditahan. Olesi daerah anusnya dengan baby
oil dan pisahkan semua peralatan yang bisa menjadi media penyebar, seperti
handuk, celana, pakaian.
6.
Pengobatan
Setiap
enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu usia 0 sampai sekitar usia 15
tahun, anak diberi obat cacing.” Jangka waktu enam bulan ini untuk memotong
siklus kehidupan cacing.
7.
Pencegahan
A. Menjaga Kebersihan Perorangan
- Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan menggunakan air dan sabun.
- Potong kuku anak secara teratur. Kuku panjang bisa menjadi tempat bermukim larva cacing.
- Ajari anak untuk tidak terbiasa memasukkan tangan ke dalam mulutnya. Selalu pakaikan sandal atau sepatu setiap kali anak bermain di luar rumah.
- Bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa detik ke dalam air mendidih.
- Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan yang terbuka
- Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum, dan mandi :
- Memasak air untuk minum
- Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum dimakan;
- Mandi dan membersihkan badan paling sedikit dua kali sehari;
- Memakai alas kaki bila berjalan di tanah, dan memakai sarung tangan bila melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan tanah;
- Menutup makanan dengan tutup saji untuk mencegah debu dan lalat mencemari makanan tersebut;
B. Menjaga Kebersihan Lingkungan
1.
Membuang tinja di jamban agar tidak
mengotori lingkungan.
2.
Jangan membuang tinja, sampah atau
kotoran di sungai.
3.
tidak menyiram jalanan dengan air
got
4.
Mengusahakan pengaturan pembuangan
air kotor.
5.
Membuang sampah pada tempatnya
untuk menghindari lalat dan lipas.
6.
Menjaga kebersihan rumah dan
lingkungannya.
Daftar
Pustaka
www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1173778072,23183,
– 18k
http://andessi.blogspot.com/2012/11/penyuluhan-penyakit-cacingan.html