MAKALAH MIKLROBIOLOGI
SUBSTANSI GENETIKA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
YAKOBA LORWENS 111.0701.028
DEVI JULIANTI
111.0701.029
ANDES BASAULI SIMBOLON
111.0701.030
WINSTON THERENSIUS. S 111.0701.031
DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” JAKARTA
T.A 2012
BAB I
PEMBAHASAN
SUBSTANSI GENETIKA
1.1. Pengertian Asam Nukleat
Berbicara tentang
substansi genetika, maka kita akan berbicara tentang senyawa kimia
di dalam inti sel (nukleus) yang disebut asam nukleat. Asam
nukleat berfungsi sebagai informasi genetik yang mengatur pemunculan sifat
suatu makhluk hidup. Suatu sifat akan dimunculkan melalui pengendalian
enzim-enzim atau senyawa protein lain yang disintesis oleh asam nukleat.
Selain itu dengan
adanya asam nukleat segala aktivitas hidup dikendalikan (proses-proses metabolisme dalam
tubuh makhluk hidup yang terjadi di dalam setiap sel) melalui
pengendalian enzim-enzim yang disintesis oleh asam nukleat. Fungsi
pengendalian dan pengaturansintesis protein inilah yang dijadikan
dasar untuk menyebut asam nukleat sebagai substansi genetika (pembawa informasi
genetik).
Manusia,
hewan, tumbuhan, dan banyak lagi semua dihubungkan dengan bahan genetik. Setiap makhluk hidup dapat terlihat
berbeda dan bertindak berbeda, tetapi dalam hati - jalan jauh di dalam inti sel
- makhluk hidup mengandung kimia yang sama "bahan" yang membentuk
materi genetik sangat mirip.
Pada tahun
1879, Albrecht Kossel menemukan asam nukleat yang tersusun oleh suatu gugus
gula, gugus fosfat, dan gugus basa
Asam nukleat merupakan salah satu makromolekul yang memegang
peranan sangat penting dalam kehidupan organisme karena di dalamnya tersimpan
informasi genetik. Asam nukleat sering dinamakan juga polinukleotida karena
tersusun dari sejumlah molekul nukleotida sebagai monomernya.
Asam nukleat yang paling
umum adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) and Asamribonukleat (RNA).Asam nukleat
ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus. Asam nukleat dinamai demikian
karena keberadaan umumnya di dalaminti (nukleus) sel.
Ada
dua macam asam nukleat, yaitu :
1. Asam
deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA)
2. Asam ribonukleat atau ribonucleic
acid (RNA).
Anda seluruh
komposisi genetik, kepribadian, mungkin engsel intelijen bahkan pada molekul
yang mengandung senyawa nitrogen, gula, dan asam. Para basa
nitrogen purin adalah molekul
baik disebut atau pirimidin.
Purin termasuk
·
Adenin
·
Guanin
Pirimidin termasuk
·
Sitosin
·
Timin (pada RNA)
·
Urasil (dalam DNA)
Dilihat
dari strukturnya, perbedaan di antara kedua macam asam nukleat ini terutama
terletak pada komponen gula pentosanya. Pada RNA gula pentosanya adalah ribosa,
sedangkan pada DNA gula pentosanya mengalami kehilangan satu atom O pada posisi
C nomor 2’ sehingga dinamakan gula 2’-deoksiribosa.
Tabel : Berikut
perbedaan DNA dengan RNA :
|
DNA
|
RNA
|
Bentuk struktur
|
Double heliks
|
Single heliks
|
Susunan basa
|
Purin :
Adenin (A)
Guanin (G)
Pirimidin : Sitosin
C
Timin (T)
|
Purin :
Adenin (A)
Guanin (G)
Pirimidin : Sitosin
C
Urasil (U)
|
Letak dalam sel
|
Nukleus/Inti
|
Sitoplasma
|
Susunan molekul
|
Satu pasang
|
Tunggal
|
Gula
|
Deoksiribosa
|
Ribosa
|
Fungsi
|
Informasi genetika
|
Sintesa protein
|
Sifa dalam sel
|
a. Mampu membiak
b. Membuat RNA
|
a. Tak mampu membiak
b. Dibuat DNA
|
Reaksi
|
Feulgen
|
Methyl green pyronin
|
Enzim
|
DNA-ase
|
RNA-ase
|
Image
adapted from : National Human Genome Research Institute.
1.2 DNA & RNA
A. Struktur DNA
DNA
mengandung dua untai nukleotida disusun dengan cara yang membuatnya tampak
seperti sebuah tangga pair (disebut double
helix). Para basa nitrogen
DNA yang membangun yang double-helix atas adalah adenin (A), guanin (G),
sitosin (C), dan timin (T). Gula yang
ada di dalam komposisi DNA adalah 2-deoksiribosa.
Adenin
selalu berpasangan dengan timin (AT), dan guanin selalu berpasangan dengan
sitosin (GC).Basa-basa yang diselenggarakan bersama oleh ikatan hidrogen, yang
merupakan "anak tangga" dari Sisi tangga terbuat dari molekul gula
dan fosfat "tangga memutar.".
Bagian
tertentu dari basa nitrogen di sepanjang untai DNA membentuk gen. Gen adalah unit yang berisi informasi
genetik atau kode untuk produk tertentu dan mengirimkan informasi turun-temurun
ke generasi berikutnya.
Tapi gen
tidak hanya ditemukan dalam sel reproduksi. Setiap
sel dalam organisme mengandung DNA (dan karena itu gen) karena DNA juga
mengkode protein yang menghasilkan organisme. Dan
protein kontrol fungsi sel dan menyediakan struktur. Jadi, dasar kehidupan yang terjadi
dalam setiap sel.
Setiap kali
sebuah sel baru dibuat pada sebuah organisme, bahan genetik direproduksi dan
dimasukkan ke sel baru. Sel baru
dapat membuat protein dalam dirinya sendiri dan juga lulus pada informasi
genetik ke sel baru berikutnya.
Urutan basa
nitrogen pada untai DNA (atau dalam satu bagian dari DNA yang terdiri dari gen)
menentukan asam amino yang diproduksi. Dan
urutan asam amino yang dirangkai menentukan protein diproduksi. Mana protein diproduksi menentukan apa
elemen struktur diproduksi dalam tubuh Anda (seperti, jaringan otot, kulit,
atau rambut) atau apa fungsi dapat dilakukan (seperti jikahemoglobin yang diproduksi untuk mengangkut oksigen ke
semua sel).
DNA
digunakan untuk membawa informasi genetik organisme sementara RNA mengambil
peran yang berbeda, misalnya, RNAdapat
bertindak sebagai enzim seperti ribozyme. Ada
satu jenis tunggal DNA sementara ada banyak jenis RNA yang memiliki
fungsi yang berbeda seperti mRNA (membawa DNApesan ke
sitoplasma), tRNA (membawa asam amino untuk mRNA dan Ribosom), rRNA (RNA Ribosomal, meja kerja untuk sintesis
protein)
DNA tidak dapat mengkatalisis sintesis sendiri
sedangkan RNA bisa. Ini
mendukung Hipotesis Dunia RNA. Pasangan
basa pada DNA termasuk AT ( Adenin - Timin ) dan GC ( Guanin - Sitosin ) adalah berbeda dengan RNA termasuk AU ( Adenin - Urasil ) dan GC ( Guanin - Sitosin ).
Basis dan gula
DNA
merupakan polimer panjang dengan deoxyriboses dan tulang punggung fosfat. Memiliki empat basa nitrogen yang
berbeda: adenin, guanin, sitosin dan timin. RNA
merupakan polimer dengan ribosa dan tulang punggung fosfat. Empat basa nitrogen yang berbeda:
adenin, guanin, sitosin, dan urasil.
Komponen
terdiri dari basis dan gula dikenal sebagai nukleosida tersebut. DNA mengandung deoxyadenosine (gula deoksiribosa
terikat adenin ), guanoside (gula deoksiribosa terikat guanin ), cytidine (gula deoksiribosa terikat pada sitosin ), dan timidin (deoksiribosa gula berikat untuk timin ). Keterkaitan
ikatan antara dasar untuk gula dikenal sebagai hubungan beta-glikosidik. Dalam purin , hal ini terjadi antara N-9 dan C-1 'dan pirimidin ini terjadi antara N-1 dan C-1 '. Sebuah nukleosida dan gugus fosfat
membentuk nukleotida. Ikatan
antara gula deoksiribosa dari nukleosida dan gugus fosfat adalah hubungan 3'-5
'fosfodiester.
1. Fungsi DNA
Sebagai Materi Genetik
DNA sebagai materi
genetik pada sebagian besar organisme harus dapat menjalankan tiga macam fungsi
pokok berikut ini.
Ø
DNA harus mampu menyimpan informasi genetik dan dengan tepat
dapat meneruskan informasi tersebut dari tetua kepada keturunannya, dari
generasi ke generasi. Fungsi ini merupakan fungsi genotipik, yang dilaksanakan
melalui replikasi.
Ø
DNA harus mengatur perkembangan fenotipe organisme. Artinya,
materi genetik harus mengarahkan pertumbuhan dan diferensiasi organisme mulai
dari zigot hingga individu dewasa. Fungsi ini merupakan fungsi fenotipik, yang
dilaksanakan melalui ekspresi gen
Ø
DNA adalah asam
nukleat yang berisi instruksi genetik yang digunakan dalam pengembangan dan
fungsi dari semua organisme hidup dikenal. Ini
adalah media penyimpanan jangka panjang dan transmisi informasi genetik,
sedangkan RNA merupakan polimer asam nukleat yang memainkan peran penting dalam
proses penerjemahan informasi genetik dari asam deoksiribonukleat (DNA) ke
dalam produk protein. RNA bertindak
sebagai pembawa pesan antara DNA dan sintesis kompleks protein yang dikenal
sebagai ribosom.
Kedua DNA dan RNA dimulai
sintesis dalam arah 5'-3 '. Namun,
primer tidak diperlukan untuk RNA. Selain
itu, polimerase RNA tidak memiliki kemampuan untuk
mendeteksi kesalahan dari pasangan dasar, suatu sifat yang DNA polimerase mampu
melakukan.
Asam deoksiribonukleat (DNA) menyimpan informasi untuk
sintesis protein spesifik. DNA
memiliki deoksiribosa sebagai gula. DNA terdiri dari gugus fosfat, gula,
dan sebuah basis nitrogen . Struktur DNA adalah, heliks untai ganda
makromolekul dengan basis memproyeksikan ke bagian dalam molekul. Kedua helai selalu saling melengkapi
secara berurutan.Salah satu untai berfungsi sebagai template untuk pembentukan
lain selama replikasi DNA , sumber utama warisan. Fitur unik dari DNA menyediakan mekanisme untuk
kelangsungan hidup. Struktur DNA
ditemukan oleh Rosalind Franklin ketika ia digunakan kristalografi sinar-x
untuk mempelajari materi genetik. Foto
x-ray ia memperoleh mengungkapkan struktur fisik DNA sebagai suatu heliks.
2.
Dobel Helix DNA
Pada tahun 1953,
James Watson dan Francis Crick menggambarkan struktur tiga dimensi DNA
dan menyimpulkan mekanisme replikasinya. Watson dan Crick melakukan
analisis gambaran difraksi sinar-X serat-serat DNA yang dibuat oleh Rosalind
Franklin dan Maurice Wilkins dan menetapkan suatu model struktural yang
pada dasarnya dapat dibuktikan.
Ciri-ciri model DNA
adalah ;
ü Dua
rantai heliks polinukleotida melingkar menglilingi satu sumbu. Kedua
rantai mempunyai arah yang berlawanan.
ü Basa
purin dan pirimidin terdapat di bagian heliks, sedangkan unit-unit fosfat
dan deoksiribosa terdapat dibagian luar.
ü Diameter
heliks adalah 20 A. Jarak antara basa yang bersebelahan ialah 3,4 A pada
poros heliks dengan sudut rotasi sebesar 360. Dengan demikian,
perputaran heliks berulang setelah 10 residu pada setiap rantai, yakni
pada interval 34 A.
ü Kedua
rantai saling berhubungan melalui ikatan hidrogen antara pasangan-pasangan
basa. Adenin selalu berpasangan dengan timin, guanin selalu berpasangan dengan
sitosin
DNA memiliki struktur heliks ganda. Tepi luar dibentuk oleh molekul gula
deoksiribosa bergantian dan gugus fosfat , yang membentuk tulang punggung
gula-fosfat. Dua helai berjalan
di arah yang berlawanan, satu masuk 3 'ke 5' arah dan yang lainnya akan di 5
'ke 3' arah. Para basa nitrogen diposisikan dalam struktur heliks
seperti "anak tangga di tangga," karena efek hidrofobik, dan
distabilkan oleh ikatan hidrogen.
Dua helai berjalan di arah yang
berlawanan untuk membentuk heliks ganda. Alur
yang diselenggarakan bersama oleh ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. H-ikatan terbentuk antara pasangan
basa dari anti-paralel helai.Basis dalam untai pertama membentuk ikatan H-hanya
dengan basis tertentu dalam untai kedua. Kedua
basis membentuk pasangan basa (H-ikatan interaksi yang membuat helai bersama
dan membentuk struktur heliks ganda). Basis-pasangan
dalam DNA adalah adenin - timin (AT) dan sitosin - guanin (CG). Interaksi tersebut memberikan kita
pemahaman bahwa nitrogen yang mengandung basa berada dalam dari DNA heliks ganda struktur, sedangkan
gula dan fosfat terletak di luar dari struktur heliks ganda.
Dasar, terletak di dalam double
helix, ditumpuk. Basis Penumpukan
berinteraksi satu sama lain melalui Van der Waals. Meskipun energi yang berkaitan dengan
interaksi Van der Waals relatif kecil, dalam struktur heliks, sejumlah besar
atom saling terkait dalam interaksi tersebut dan jumlah bersih energi yang
cukup besar. Jarak antara dua
pangkalan tetangga yang tegak lurus dengan sumbu utama adalah 3,4 ˚ A. The DNA adalah struktur berulang. Ada sepuluh basa per putaran, yang
merupakan struktur berulang setelah 34 ˚ A, jadi dasar setiap memiliki sudut 34
° rotasi. Diameter dari helix
ganda adalah sekitar 10 ˚ A.
Cara mudah
untuk membedakan antara nukleosida dan Deoxynucleosides adalah atom terikat
pada C-2 pada unit gula. Jika
struktur adalah nukleosida, maka C-2 dikenakan dua atom hidrogen. Jika deoxynucleoside, maka C-2 beruang
satu hidrogen dan satu kelompok hidroksida, inwhich kelompok hidroksida
menghadap ke selatan.
Ø Variasi struktural dalam DNA dapat terjadi jika:
1. Ada yang
berbeda deoxyriboise konformasi
2. Jika ada rotasi di sekitar ikatan bersebelahan di tulang punggung phosphodeoxyribose
3. Gratis rotasi C-1'N = glycosyl obligasi (syn / anti).
2. Jika ada rotasi di sekitar ikatan bersebelahan di tulang punggung phosphodeoxyribose
3. Gratis rotasi C-1'N = glycosyl obligasi (syn / anti).
Ø
DNA umum struktur dan basis nya
2. DNA diisolasi dari spesimen jaringan
yang berbeda dari spesies yang sama memiliki komposisi dasar yang sama.
3. Komposisi dasar DNA dalam suatu spesies tidak berubah
dari waktu ke waktu, negara bagian gizi, atau lingkungan.
4. Dalam semua sel DNA , terlepas dari jenis, jumlah
residu adenin sama dengan jumlah residu timin (A = T) dan jumlah residu guanin
sama dengan jumlah residu sitosin (G = C).
Kemudian pada tahun 1953,
Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins menggunakan teknik difraksi sinar-X kuat
yang disebut kristalografi
sinar-X untuk menyimpulkan DNA struktur. Foto-foto yang dihasilkan oleh kristalografi
sinar-X metode tidak
benar-benar gambar molekul, namun bintik-bintik dan noda yang dihasilkan oleh
sinar-X yang terdifraksi (dibelokkan) saat mereka melewati mengkristal DNA .Kristalografi menggunakan
persamaan matematika untuk menerjemahkan pola seperti bintik-bintik menjadi
informasi tentang bentuk tiga dimensi dari DNA . Franklin dan Wilkins menemukan bahwa DNA molekul heliks dengan dua
periodisitas sepanjang sumbu panjang mereka, yang utama dari 3,4 A dan satu
sekunder dari 34 A.
3. Replikasi DNA
Replikasi
DNA adalah
proses penggandaan rantai ganda DNA.
Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus
melakukan replikasi DNA. Pada eukariota,
waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada fase S siklus
sel,
sebelummitosis atau meiosis I. Penggandaan
tersebut memanfaatkan enzim DNA
polimerase yang
membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer
DNA. Proses replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase (PCR).
Replikasi
DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh
enzim helikase dengan bantuan topoisomerase yang mengurangi tegangan untai DNA.
Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal
untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase membentuk oligonukleotida RNA yang disebut primer dan
molekul DNA polimerase melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang
untai tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang disebutleading strand dan lagging
strand . DNA polimerase yang
membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen
polinukleotida diskontinu (disebut fragmen Okazaki . Enzim DNA ligase kemudian menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut.
1. Replikasi DNA prokariota
Replikasi
DNA kromosom prokariota, khususnya
bakteri, sangat berkaitan dengan siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat
buah tempat pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9
pb. Sintesis protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehingga
inisiasi replikasi juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju
pertumbuhan sel yang sangat tinggi; DNA kromosom prokariota dapat mengalami
reinisiasi replikasi pada dua ori yang baru terbentuk sebelum putaran replikasi
yang pertama berakhir. Akibatnya, sel-sel hasil pembelahan akan menerima
kromosom yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA
membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah molekul, yang
masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan mengelilingi
kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi superkoiling negatif
DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka). Superkoiling
negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang 13 pb yang
kaya dengan AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein DnaB, yang
merupakan enzim helikase, yaitu
enzim yang akan menggunakan energi ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di
sepanjang kedua untai DNA dan memisahkannya.
Untai DNA
tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded
binding protein (Ssb) untuk melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik
dan mencegah renaturasi. Enzim DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan
menyintesis RNA primer yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis
pada untai pengarah. Agar replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori,
diperlukan enzim helikase selain DnaB. Hal ini karena pembukaan heliks akan
diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa superkoiling positif. Superkoiling
negatif yang terjadi secara alami ternyata tidak cukup untuk mengimbanginya
sehingga diperlukan enzim lain, yaitutopoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA
girase ini merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah
berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
2. Replikasi DNA eukariota
Pada eukariota, replikasi
DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk
memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut
siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases
(CDKs), yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang
mencapai permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan
protein-protein yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung
dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu
replikasi pada eukariota bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik.
Sebelum melakukan penyalinan, DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu
replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan
seperti ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA
kromosom pada kebanyakan mamalia.
Sederetan
sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi
secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami
inisasi paling awal adalah eukromatin, sedangkan
deretan yang agak lambat adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA bereplikasi paling lambat. Pola semacam
ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang berbeda-beda terhadap
faktor inisiasi.
Seperti
halnya pada prokariota, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang disebut
dengan protein replikasi A atau replication
protein A (RP-A) diperlukan
untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang berbeda
terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai
tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang merupakan
bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh
DNA polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai
tertinggal. Baik DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan.
Kemampuan DNA polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh
adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell
nuclear antigen (PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA
polimerase III pada E. coli.
Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga mengalami penggandaan selama
fase S.
B.
Struktur RNA
RNA terdiri dari
rantai poliribonukleotida dengan susunan basa yang biasanya adalah adenine,
guanine, urasil dan sitosin. RNA berada dalam inti sel dan sitoplasma. RNA
terdapat dalam beberapa bentuk seperti lekukan tangkai atai jepit rambut yang
mempunyai peranan fungsional yang penting.
RNA digolongkan
menjadi tiga macam yakni RNA transfer (tRNA), RNA ribosom (rRNA) dan RNA
kurir (mRNA) yang masing-masing mempunyai komposisi basa dan berat
molekul yang khas dan terdiri dari rantai poliribonukleotida tunggal .
RNA kurir (mRNA)
terdiri dari basa A, G, S, dan U, dan disitensis di dalam inti sel dalam
proses transkripsi yakni proses penurunan urutan basa dari salah satu
untaian DNA pada kromosom dengan perantara enzim menjadi bentuk rantai tunggal
mRNA. Basa mRNA yang terjadim ini merupakan komplemen urutan basa dalam
DNA tersebut.
Setelah proses transkripsi, mRNA keluar dari inti sel
bergerak ke ribosom, dan bersama-sama dengan ribosom memulai proses
biosintesisi polipeptida, urutan triplet nukleotida adalah kodon yang
terdapat sepanjang rantai mRNA yang menentukan urutan residu asam amino
yang membentuk rantai polipeptida.
tRNA berfungsi
sebagai pembawa asam amino spesifik dalam proses biosintesis protein pada
ribosom.
Dalam proses
biosintesis protein, gugus amino akan dibawa ke ribosom dan dipindahkan ke
rantai polipeptida yang sedang bertumbuh dalam proses pemanjangannya. rRNA
membentuk 65 % berat ribosom.
Pada
kebanyakan hewan, RNA bukanlah materi genetik utama. Banyak virus - seperti human
immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS - berisi RNA sebagai materi genetik
mereka. Namun, pada hewan, RNA
bekerja bersama dengan DNA untuk memproduksi protein yang dibutuhkan seluruh
tubuh.
1. Tipe-tipe RNA
RNA hadir di alam dalam berbagai macam/tipe. Sebagai bahan
genetik, RNA berwujud sepasang pita (Inggris double-stranded RNA, dsRNA).
Genetika molekular klasik mengajarkan adanya tiga tipe RNA yang terlibat dalam
proses sintesis protein:
1.
RNA-kurir (bahasa Inggris: messenger-RNA, mRNA),
2.
RNA-ribosom (bahasa Inggris: ribosomal-RNA, rRNA),
3.
RNA-transfer (bahasa Inggris: transfer-RNA, tRNA).
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21 diketahui bahwa RNA
hadir dalam berbagai macam bentuk dan terlibat dalam proses pascatranslasi.
Dalam pengaturan ekspresi genetik orang sekarang mengenal RNA-mikro (miRNA)
yang terlibat dalam “peredaman gen” atau gene silencing dan small-interfering
RNA (siRNA) yang terlibat dalam proses pertahanan terhadap serangan virus.
2. Fungsi RNA
Pada sekelompok virus (misalnya bakteriofag), RNA merupakan bahan
genetik. Ia berfungsi sebagai penyimpan informasi genetik, sebagaimana DNA pada
organisme hidup lain. Ketika virus ini menyerang sel hidup, RNA yang dibawanya
masuk ke sitoplasma sel korban, yang kemudian ditranslasi oleh sel inang untuk
menghasilkan virus-virus baru.
Namun demikian, peran penting RNA terletak pada fungsinya sebagai
perantara antara DNA dan protein dalam proses ekspresi genetik karena ini
berlaku untuk semua organisme hidup. Dalam peran ini, RNA diproduksi sebagai
salinan kode urutan basa nitrogen DNA dalam proses transkripsi. Kode urutan
basa ini tersusun dalam bentuk ‘triplet’, tiga urutan basa N, yang dikenal
dengan nama kodon. Setiap kodon berelasi dengan satu asam amino (atau kode
untuk berhenti), monomer yang menyusun protein. Lihat ekspresi genetik untuk
keterangan lebih lanjut.
Penelitian mutakhir atas fungsi RNA menunjukkan bukti yang
mendukung atas teori ‘dunia RNA’, yang menyatakan bahwa pada awal proses
evolusi, RNA merupakan bahan genetik universal sebelum organisme hidup memakai
DNA.
3. Intereferensi RNA
Suatu gejala yang baru ditemukan pada penghujung abad ke-20 adalah
adanya mekanisme peredaman (silencing) dalam ekspresi genetik. Kode genetik
yang dibawa RNA tidak diterjemahkan (translasi) menjadi protein oleh tRNA. Ini
terjadi karena sebelum sempat ditranslasi, mRNA dicerna/dihancurkan oleh suatu
mekanisme yang disebut sebagai “interferensi RNA”. Mekanisme ini melibatkan
paling sedikit tiga substansi (enzim dan protein lain). Gejala ini pertama kali
ditemukan pada nematoda Caenorhabditis elegans tetapi selanjutnya ditemukan
pada hampir semua kelompok organisme hidup.
4. Prosesing RNA
Bila
dibandingkan dengan transkripsi, translasi merupakan proses yang lebih rumit
karena melibatkan fungsi berbagai makromolekul. Oleh karena kebanyakan di
antara makromolekul ini terdapat dalam jumlah besar di dalam sel, maka sistem
translasi menjadi bagian utama mesin metabolisme pada tiap sel. Makromolekul
yang harus berperan dalam proses translasi tersebut meliputi
- Lebih dari 50 polipeptida serta 3 hingga 5 molekul RNA di dalam tiap ribosom
- Sekurang-kurangnya 20 macam enzim aminoasil-tRNA sintetase yang akan mengaktifkan asam amino
- Empat puluh hingga 60 molekul tRNA yang berbeda
- Sedikitnya 9 protein terlarut yang terlibat dalam inisiasi, elongasi, dan terminasi polipeptida.
C. Proses Translasi RNA
Mekanisme
translasi atau sintesis protein secara skema garis besar dapat dilihat pada
Gambar 6.1. Sebuah molekul mRNA akan terikat pada permukaan ribosom yang kedua
subunitnya telah bergabung. Pengikatan ini terjadi karena pada mRNA prokariot
terdapat urutan basa tertentu yang disebut sebagai tempat pengikatan
ribosom (ribosom binding site) atau urutan
Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan ribosom dilakukan
oleh ujung 5’ mRNA. Selanjutnya, berbagai aminoasil-tRNA akan berdatangan satu
demi satu ke kompleks ribosom-mRNA ini dengan urutan sesuai dengan antikodon
dan asam amino yang dibawanya. Urutan ini ditentukan oleh urutan triplet kodon
pada mRNA. Ikatan peptida terbentuk di antara asam-asam amino yang terangkai
menjadi rantai polipeptida di tapak P ribosom. Penggabungan asam-asam amino
terjadi karena gugus amino pada asam amino yang baru masuk berikatan dengan
gugus karboksil pada asam amino yang terdapat pada rantai polipeptida yang
sedang diperpanjang.
Inisiasi
sintesis protein dilakukan oleh aminoasil-tRNA khusus, yaitu tRNA yang membawa
metionin (dilambangkan sebagai metionil-tRNAiMet). Hal
ini berarti bahwa sintesis semua polipeptida selalu dimulai dengan metionin.
Khusus pada prokariot akan terjadi formilasi gugus amino pada metionil-tRNAiMet (dilambangkan
sebagaimetionil-tRNAfMet) yang mencegah
terbentuknya ikatan peptida antara gugus amin tersebut dengan gugus karboksil
asam amino pada ujung polipetida yang sedang diperpanjang sehingga asam amino
awal pada polipeptida prokariot selalu berupa f-metionin. Pada eukariot
metionil-tRNAiMet tidak mengalami formilasi
gugus amin, tetapi molekul ini akan bereaksi dengan protein-protein tertentu
yang berfungsi sebagai faktor inisiasi (IF-1, IF-2, dan IF-3).
Selain itu, baik pada prokariot maupun eukariot, terdapat pula metionil-tRNA
yang metioninnya bukan merupakan asam amino awal (dilambangkan sebagai metionil-tRNAMet).
Kompleks
inisiasi pada prokariot terbentuk antara mRNA, metionil-tRNAfMet,
dan subunit kecil ribosom (30S) dengan bantuan protein IF-1, IF-2, dan IF-3,
serta sebuah molekul GTP. Pembentukan kompleks inisiasi ini diduga difasilitasi
oleh perpasangan basa antara suatu urutan di dekat ujung 3’ rRNA berukuran 16S
dan sebagian urutan pengarah (leader sequence) pada mRNA.
Selanjutnya, kompleks inisiasi bergabung dengan subunit besar ribosom (50S),
dan metionil-tRNAfMetterikat pada tapak P.
Berpasangannya triplet kodon inisiasi pada mRNA dengan antikodon pada
metionil-tRNAfMet di tapak P menentukan
urutan triplet kodon dan aminoasil-tRNAfMet berikutnya
yang akan masuk ke tapak A. Pengikatan aminoasil-tRNAfMet berikutnya,
misalnya alanil- tRNAala, ke tapak A memerlukan
protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-Tu.
Pembentukan ikatan peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAfMet di
tapak P dan gugus amino pada alanil-tRNAala di tapak A
dikatalisis oleh enzim peptidil transferase, suatu enzim yang
terikat pada subunit ribosom 50S. Reaksi ini menghasilkan dipeptida yang
terdiri atas f-metionin dan alanin yang terikat pada tRNAala di
tapak A.
Langkah
berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan :
1) . Perpindahan
f-met-ala- tRNAala dari tapak A ke tapak P.
2). Pergeseran
posisi mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon yang semula
berada di tapak A masuk ke tapak P.
Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser
dari tapak A ke P tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon
berikutnya, misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses seperti
di atas hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi
memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim yang biasa dilambangkan
dengan EF-G.
Pemanjangan
atau elongasi rantai polipeptida akan terus berlangsung hingga suatu tripet
kodon yang menyandi terminasi memasuki tapak A. Sebelum suatu rantai
polipeptida selesai disintesis terlebih dahulu terjadi deformilisasi pada
f-metionin menjadi metionin. Terminasi ditandai oleh terlepasnya mRNA, tRNA di
tapak P, dan rantai polipeptida dari ribosom. Selain itu, kedua subunit ribosom
pun memisah. Pada terminasi diperlukan aktivitas dua protein yang berperan
sebagai faktor pelepas atau releasing factors, yaitu RF-1 dan RF-2.
Sesungguhnya
setiap mRNA tidak hanya ditranslasi oleh sebuah ribosom. Pada umumnya sebuah
mRNA akan ditranslasi secara serempak oleh beberapa ribosom yang satu sama lain
berjarak sekitar 90 basa di sepanjang molekul mRNA. Kompleks translasi yang
terdiri atas sebuah mRNA dan beberapa ribosom ini dinamakan poliribosom atau polisom.
Besarnya polisom sangat bervariasi dan berkorelasi dengan ukuran polipeptida
yang akan disintesis. Sebagai contoh, rantai hemoglobin yang tersusun dari
sekitar 150 asam amino disintesis oleh polisom yang terdiri atas lima buah
ribosom (pentaribosom).
Pada
prokariot translasi seringkali dimulai sebelum transkripsi berakhir. Hal ini
dimungkinkan terjadi karena tidak adanya dinding nukleus yang memisahkan antara
transkripsi dan translasi. Dengan berlangsungnya kedua proses tersebut secara
bersamaan, ekspresi gen menjadi sangat cepat dan mekanisme nyala-padam (turn
on-turn off) ekspresi gen, seperti yang akan dijelaskan nanti, juga
menjadi sangat efisien.
D. Prinsip Dasar Transkripsi
Fungsi
dasar kedua yang harus dijalankan oleh DNA sebagai materi genetik adalah fungsi
fenotipik. Artinya, DNA harus mampu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi
individu organisme sehingga dihasilkan suatu fenotipe tertentu. Fungsi
ini dilaksanakan melalui ekspresi gen, yang tahap pertamanya adalah proses
transkripsi, yaitu perubahan urutan basa molekul DNA menjadi urutan basa
molekul RNA. Dengan perkataan lain, transkripsi merupakan proses sintesis RNA
menggunakan salah satu untai molekul DNA sebagai cetakan (templat)nya.
Transkripsi
mempunyai ciri-ciri kimiawi yang serupa dengan sintesis/replikasi DNA, yaitu :
1.
Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida
trifosfat. Bedanya dengan sumber basa untuk sintesis DNA hanyalah pada
molekul gula pentosanya yang tidak berupa deoksiribosa tetapi ribosa dan
tidak adanya basa timin tetapi digantikan oleh urasil. Jadi,
keempat nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah adenosin trifosfat (ATP),
guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan uridin trifosfat (UTP).
2.
Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal ini
hanya salah satu di antara kedua untai DNA yang akan berfungsi sebagai cetakan
bagi sintesis molekul RNA. Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang
komplementer dengan urutan basa RNA hasil transkripsinya, dan disebut
sebagai pita antisens. Sementara itu, untai DNA pasangannya, yang
mempunyai urutan basa sama dengan urutan basa RNA, disebut sebagai pita
sens. Meskipun demikian, sebenarnya transkripsi pada umumnya tidak terjadi
pada urutan basa di sepanjang salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa
yang ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara kedua untai DNA.
3.
Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya arah
sintesis DNA.
4.
Gugus 3’- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5’-
trifosfat pada nukleotida berikutnya menghasilkan ikatan fosofodiester dengan
membebaskan dua atom pirofosfat anorganik (PPi). Reaksi ini jelas sama dengan
reaksi polimerisasi DNA. Hanya saja enzim yang bekerja bukannya DNA polimerase,
melainkan RNA polimerase. Perbedaan yang sangat nyata di antara
kedua enzim ini terletak pada kemampuan enzim RNA polimerase untuk melakukan
inisiasi sintesis RNA tanpa adanya molekul primer.
Secara garis besar
transkripsi berlangsung dalam empat tahap, yaitu pengenalan promoter, inisiasi,
elongasi, dan teminasi. Masing-masing tahap akan dijelaskan secara singkat
sebagai berikut.
a. Pengenalan
promoter
Agar
molekul DNA dapat digunakan sebagai cetakan dalam sintesis RNA, kedua untainya
harus dipisahkan satu sama lain di tempat-tempat terjadinya penambahan basa
pada RNA. Selanjutnya, begitu penambahan basa selesai dilakukan, kedua untai
DNA segera menyatu kembali. Pemisahan kedua untai DNA pertama kali terjadi di
suatu tempat tertentu, yang merupakan tempat pengikatan enzim RNA polimerase di
sisi 5’ (upstream) dari urutan basa penyandi (gen) yang akan
ditranskripsi. Tempat ini dinamakan promoter.
b. Inisiasi
Setelah
mengalami pengikatan oleh promoter, RNA polimerase akan terikat pada suatu
tempat di dekat promoter, yang dinamakan tempat awal polimerisasi atautapak
inisiasi (initiation site). Tempat ini sering dinyatakan
sebagai posisi +1 untuk gen yang akan ditranskripsi. Nukleosida trifosfat
pertama akan diletakkan di tapak inisiasi dan sintesis RNA pun segera dimulai.
c. Elongasi
Pengikatan
enzim RNA polimerase beserta kofaktor-kofaktornya pada untai DNA cetakan
membentuk kompleks transkripsi. Selama sintesis RNA berlangsung
kompleks transkripsi akan bergeser di sepanjang molekul DNA cetakan sehingga
nukleotida demi nukleotida akan ditambahkan kepada untai RNA yang sedang
diperpanjang pada ujung 3’ nya. Jadi, elongasi atau polimerisasi RNA
berlangsung dari arah 5’ ke 3’, sementara RNA polimerasenya sendiri bergerak
dari arah 3’ ke 5’ di sepanjang untai DNA cetakan.
d. Terminasi
Berakhirnya
polimerisasi RNA ditandai oleh disosiasi kompleks transkripsi atau terlepasnya
enzim RNA polimerase beserta kofaktor-kofaktornya dari untai DNA cetakan.
Begitu pula halnya dengan molekul RNA hasil sintesis. Hal ini terjadi ketika
RNA polimerase mencapai urutan basa tertentu yang disebut dengan terminator.
Terminasi
transkripsi dapat terjadi oleh dua macam sebab, yaitu terminasi yang hanya
bergantung kepada urutan basa cetakan (disebut terminasi diri) dan terminasi
yang memerlukan kehadiran suatu protein khusus (protein rho). Di
antara keduanya terminasi diri lebih umum dijumpai. Terminasi diri terjadi pada
urutan basapalindrom yang diikuti oleh beberapa adenin (A).
Inisiasi
transkripsi tidak harus menunggu selesainya transkripsi sebelumnya. Hal ini
karena begitu RNA polimerase telah melakukan pemanjangan 50 hingga 60
nukleotida, promoter dapat mengikat RNA polimerase yang lain. Pada gen-gen yang
ditranskripsi dengan cepat reinisiasi transkripsi dapat terjadi berulang-ulang
sehingga gen tersebut akan terselubungi oleh sejumlah molekul RNA dengan
tingkat penyelesaian yang berbeda-beda.
1. Tahapan Transkripsi Pada Prokariot
Seperti
proses transkripsi pada umumnya, transkripsi pada prokariot berlangsung dalam
empat tahap, yaitu pengikatan promoter, inisiasi, elongasi, dan teminasi. Di
bawah ini akan dijelaskan pula sekilas tentang pembukaan heliks, yang terjadi
antara tahap pengikatan promoter dan insiasi transkripsi.
a. Pengikatan promoter
Pada
awalnya, RNA polimerase inti (a2bb’w) mempunyai afinitas nonspesifik
terhadap DNA. Keadaan ini dikenal sebagai pengikatan longgar, dan
sifatnya cukup stabil. Namun, begitu faktor s bergabung dengan enzim
inti tersebut hingga terbentuk holoenzim, terjadilah pengurangan afinitas
nonspesifik terhadap DNA hingga 20.000 kali. Sejalan dengan hal itu,
faktor s juga meningkatkan pengikatan holoenzim pada tempat
pengikatan promoter yang tepat hingga 100 kali. Dengan demikian, akan terjadi
peningkatan spesifisitas holoenzim yang tajam dalam mengenali promoter.
Pada
genom E. coli holoenzim dapat mencari dan mengikat promoter
dengan sangat cepat. Bahkan, karena begitu cepatnya, maka proses ini tidak
mungkin terjadi melalui pengikatan dan pelepasan holoenzim dari DNA secara
berulang-ulang. Kemungkinan yang masuk akal hanyalah melalui pergeseran
holoenzim di sepanjang molekul DNA hingga mencapai urutan promoter. Pada
promoter, holoenzim mengenali urutan -35 dan -10. Kompleks awal antara
holoenzim dan promoter dikenal sebagai kompleks tertutup (closed
complex).
b. Pembukaan heliks
Agar
pita antisens dapat diakses untuk perpasangan basa antara DNA dan RNA yang
disintesis, untai ganda (heliks) DNA harus dibuka terlebih dahulu oleh enzim
RNA polimerase.
Pada
kebanyakan gen pembukaan heliks oleh RNA polimerase akan dimudahkan oleh
struktur superkoiling negatif DNA sehingga transkripsi dapat ditingkatkan.
Namun, tidak semua promoter dapat diaktivasi oleh superkoiling negatif sehingga
terisyaratkan bahwa perbedaan topologi DNA dapat mempengaruhi transkripsi. Hal
ini mungkin karena adanya perbedaan hubungan sterik pada urutan -35 dan -10 di
dalam heliks. Sebagai contoh, promoter untuk subunit enzim DNA girase justru
dihambat oleh superkoiling negatif. Seperti kita ketahui, DNA girase adalah
enzim yang bertanggung jawab untuk superkoiling negatif pada genom E.
coli(Bab IV) sehingga superkoiling negatif ini dapat bertindak sebagai
umpan balik yang menghambat ekspresi DNA girase.
Pembukaan
awal heliks DNA akan menyebabkan pembentukan kompleks terbuka(open
complex) dengan RNA polimerase. Proses ini dikenal sebagai pengikatan
ketat.
c. Inisiasi
Berbeda
dengan sintesis DNA (Bab IV), sintesis RNA dapat berlangsung tanpa adanya
molekul primer. Oleh karena hampir semua tapak inisiasi transkripsi berupa basa
G atau A, maka nukleosida trifosfat pertama yang digunakan untuk sintesis RNA
adalah GTP atau ATP.
Mula-mula
RNA polimerase akan menggabungkan dua nukleotida pertama dan membentuk ikatan
fosfodiester di antara kedua nukleotida tersebut. Selanjutnya, sembilan basa
pertama ditambahkan tanpa disertai pergeseran RNA polimerase di sepanjang molekul
DNA.
Pada
akhir penambahan masing-masing basa ini akan terdapat peluang yang nyata
terjadinya aborsi untai RNA yang baru terbentuk itu. Proses inisiasi abortif
mempengaruhi laju transkripsi secara keseluruhan karena proses tersebut
memegang peranan utama dalam menentukan waktu yang dibutuhkan oleh RNA
polimerase untuk meninggalkan promoter dan memungkinkan RNA polimerase lainnya
menginisiasi putaran transkripsi berikutnya. Waktu minimum untuk pengosongan
promoter ini adalah 1 hingga 2 detik, suatu waktu yang relatif lama bila
dibandingkan dengan waktu untuk tahap-tahap transkripsi lainnya.
d. Elongasi
Jika
inisiasi berhasil, RNA polimerase melepaskan faktor s, dan bersama-sama
dengan DNA dan RNA nasen (RNA yang baru disintesis), akan membentukkompleks
terner atau kompleks yang terdiri atas tiga komponen. Dengan adanya kompleks
terner ini RNA polimerase dapat berjalan di sepanjang molekul DNA. Artinya,
promoter akan ditinggalkannya untuk kemudian ditempati oleh holoenzim RNA
polimerase berikutnya sehingga terjadi reinisiasi transkripsi.
Bagian
DNA yang mengalami pembukaan heliks, atau disebut dengan gelembung
transkripsi (transcription bubble), akan terlihat bergeser di
sepanjang molekul DNA sejalan dengan gerakan RNA polimerase. Panjang bagian DNA
yang mengalami pembukaan heliks tersebut relatif konstan, yakni sekitar 17 pb
(Gambar 5.3), sedangkan ujung 5’ molekul RNA yang disintesis akan membentuk
heliks hibrid dengan pita antisens DNA sepanjang lebih kurang 12 pb. Ukuran ini
ternyata tidak mencapai satu putaran heliks.
RNA
polimerase E. coli bergerak dengan kecepatan rata-rata 40
nukleotida per detik. Akan tetapi, angka ini dapat bervariasi sesuai dengan
urutan lokal DNA (urutan DNA yang telah dicapai oleh RNA polimerase). Tetap
dipertahankannya bagian DNA yang mengalami pembukaan heliks menunjukkan bahwa
RNA polimerase membuka heliks DNA di depan gelembung transkripsi dan menutup
heliks DNA di belakangnya. Dengan demikian, heliks hibrid RNA-DNA harus
berputar setiap kali terjadi penambahan nukleotida pada RNA nasen.
e. Terminasi
RNA
polimerase tetap terikat pada DNA dan melangsungkan transkripsi hingga
mencapai urutan terminator (sinyal stop), yang pada umumnya berupa
struktur seperti tusuk konde (hairpin). Struktur yang
terdiri atas batang dan kala (loop) ini terjadi karena RNA
hasil transkripsi mengalami komplementasi diri. Biasanya, bagian batang sangat
kaya dengan GC sehingga sangat stabil (GC mempunyai ikatan rangkap tiga).
Bagian
ujung RNA yang mengandung banyak U tersebut mempunyai ikatan yang lemah dengan
basa-basa A pada DNA cetakan sehingga molekul RNA hasil sintesis akan dengan
mudah terlepas dari kompleks transkripsi. Selanjutnya, pita DNA cetakan yang
sudah tidak berikatan atau membentuk hibrid dengan RNA segera menempel kembali
pada pita DNA komplemennya. RNA polimerase inti pun akhirnya terlepas dari DNA.
f. Terminasi menggunakan protein rho
Telah
disinggung di muka bahwa selain karena adanya struktur tusuk konde, terminasi
transkripsi dapat juga terjadi dengan bantuan suatu protein khusus yang
dinamakan protein rho (ρ). Rho merupakan protein heksamer yang akan
menghidrolisis ATP dengan adanya RNA untai tunggal. Protein ini nampak terikat
pada urutan sepanjang 72 basa pada RNA, yang diduga lebih disebabkan oleh
pengenalan suatu struktur spesifik daripada karena adanya urutan konsensus. Rho
bergerak di sepanjang RNA nasen menuju kompleks transkripsi. Pada kompleks
transkripsi ini rho memungkinkan RNA polimerase untuk berhenti pada sinyal
terminator tertentu. Sinyal-sinyal terminator ini, seperti halnya sinyal
terminator yang tidak bergantung kepada rho, lebih dikenali oleh RNA daripada
oleh DNA cetakannya. Adakalanya terminator tersebut juga berupa struktur tusuk
konde tetapi tidak dikuti oleh urutan poli U.
2. Tahapan Transkripsi
pada Eukariot
Mekanisme
transkripsi pada eukariot pada dasarnya menyerupai mekanisme pada prokariot.
Namun, begitu banyaknya polipeptida yang berkaitan dengan mesin transkripsi
pada eukariot menjadikan mekanisme tersebut jauh lebih kompleks daripada
mekanisme pada prokariot.
Ada
tiga macam kompleks RNA polimerase, yang masing-masing diperlukan untuk
transkripsi tipe-tipe gen eukariot yang berbeda. Perbedaan ketiga macam RNA
polimerase tersebut dapat diketahui melalui pemurnian menggunakan teknik
kromatografi dan elusi pada konsentrasi garam yang berbeda. Masing-masing RNA
polimerase mempunyai sensitivitas yang berbeda terhadap toksin jamur α-amanitin,
dan hal ini dapat digunakan untuk membedakan aktivitasnya satu sama lain.
·
RNA polimerase I (RNA Pol I) mentranskripsi sebagian besar
gen rRNA. Enzim ini terdapat di dalam nukleoli dan tidak sensitif terhadap
α-amanitin.
·
RNA polimerase II (RNA Pol II) mentranskripsi semua gen
penyandi protein dan beberapa gen RNA nuklear kecil (snRNA). Enzim ini terdapat
di dalam nukleoplasma dan sangat sensitif terhadap α-amanitin.
·
RNA polimerase III (RNA Pol III) mentranskripsi gen-gen
tRNA, 5S rRNA, U6 snRNA dan beberapa RNA kecil lainnya. Enzim ini terdapat di
dalam nukleoplasma dan agak sensitif terhadap α-amanitin.
Di samping
enzim-enzim nuklear tersebut, sel eukariot juga mempunyai RNA polimerase lainnya
di dalam mitokondria dan kloroplas.
a. Subunit-subunit RNA polimerase pada eukariot
Ketiga
RNA polimerase pada eukariot merupakan enzim berukuran besar yang terdiri atas
12 subunit atau lebih. Gen-gen yang menyandi dua subunit terbesar mempunyai homologi
satu sama lain. Sementara itu, ketiga RNA polimerase eukariot membawa
subunit-subunit yang mempunyai homologi dengan subunit-subunit RNA polimerase
inti pada E. coli (α2ββ’). Subunit terbesar RNA polimerase
eukariot menyerupai subunit β’, sedangkan subunit terbesar kedua menyerupai
subunit β, yang merupakan pusat katalitik RNA polimerase E.coli.
Homologi struktur ini ternyata berkaitan dengan homologi fungsional karena
subunit terbesar kedua pada RNA polimerase eukariot juga mengandung tapak
aktif.
Dua
subunit yang sama antara RNA Pol I dan RNA Pol III, serta satu subunit lainnya
yang khas pada RNA Pol II, memperlihatkan homologi dengan subunit α RNA
polimerase E. coli. Sekurang-kurangnya ada lima subunit lainnya
yang lebih kecil, yang memperlihatkan kesamaan di antara ketiga RNA polimerase
eukariot. Masing-masing RNA polimerase ini juga membawa empat hingga tujuh
subunit tambahan yang hanya dijumpai pada salah satu di antara ketiganya.
b. Aktivitas RNA polimerase eukariot
Seperti
halnya RNA polimerase bakteri, masing-masing RNA polimerase eukariot
mengatalisis transkripsi dengan arah 5’ ke 3’ dan menyintesis RNA yang
komplementer dengan urutan DNA cetakan. Reaksi tersebut memerlukan prekursor
berupa ATP, GTP, CTP, UTP, dan tidak memerlukan primer untuk inisiasi
transkripsi. Namun tidak seperti pada bakteri, RNA polimerase eukariot yang
dimurnikan memerlukan adanya protein inisiasi tambahan sebelum enzim ini dapat
berikatan dengan promoter dan melakukan inisiasi transkripsi.
c. Gen-gen yang ditranskripsi oleh RNA Pol I
RNA
Pol I bertanggung jawab dalam sintesis rRNA secara terus-menerus selama
interfase. Sel manusia mengandung lima rumpun (cluster) gen
penyandi rRNA yang terdiri atas sekitar 40 salinan dan terletak pada
kromosom-kromosom yang berbeda. Masing-masing gen rRNA menghasilkan transkrip
45S rRNA yang panjangnya lebih kurang 13.000 nukleotida (nt). Transkrip ini
akan terbagi menjadi sebuah 28S (5.000 nt), 18S (2.000 nt), dan 5,8S (160 nt)
rRNA. Transkripsi salinan gen-gen rRNA secara berkesinambungan diperlukan untuk
mencukupi produksi rRNA yang selanjutnya akan dikemas ke dalam ribosom.
Masing-masing
rumpun gen rRNA dikenal sebagai daerah pengatur nukleolar(nucleolar
organizer region) karena nukleolus mengandung kala (loop) DNA
berukuran besar yang sesuai dengan rumpun-rumpun gen tersebut. Setelah sebuah
sel dihasilkan dari mitosis, sintesis rRNA akan dimulai kembali dan nukleoli
yang kecil akan muncul pada lokasi kromosomal yang ditempati oleh gen-gen rRNA.
Selama sintesis rRNA berlangsung aktif, transkrip pra-rRNA dikemas di sepanjang
gen-gen rRNA dan jika divisualisasikan menggunakan mikroskop elektron akan
nampak sebagai ’struktur pohon natal’. Di dalam struktur ini
transkrip-transkrip RNA dikemas dengan rapat di sepanjang molekul DNA dan masing-masing
muncul tegak lurus dari DNA. Transkrip yang pendek dapat dilihat pada bagian
awal gen tersebut.
Transkrip
akan makin bertambah panjang pada bagian-bagian berikutnya untuk kemudian
menghilang ketika mencapai ujung unit transkripsi.
Promoter-promoter
gen pra-rRNA pada mamalia mempunyai suatu daerah kontrol transkripsi bipartit,
yang terdiri atas elemen inti atau core element dan elemen
kontrol hulu atau upstream control element (UCE),
yang secara skema dapat dilihat pada Gambar 5.5. Elemen inti meliputi tapak
awal transkripsi dan terbentang dari posisi -31 hingga +6, yang merupakan
urutan esensial untuk transkripsi. Sementara itu, UCE mempunyai panjang sekitar
50 hingga 80 pb yang dimulai dari posisi -100. UCE bertanggung jawab untuk
peningkatan transkripsi sekitar 10 hingga 100 kali bila dibandingkan dengan
laju transkripsi oleh elemen inti saja.
d. Gen-gen yang ditranskripsi oleh RNA Pol III
RNA
Pol III terdapat di dalam nukleoplasma dan sekurang-kurangnya terdiri atas 16
subunit yang berbeda. Enzim ini menyintesis prekursor tRNA, 5S rRNA, serta
berbagai snRNA dan RNA sitosolik.
Transkrip
pertama yang dihasilkan dari gen-gen tRNA merupakan molekul prekursor yang akan
diproses menjadi RNA matang. Daerah kontrol transkripsi gen-gen tRNA terletak di
sebelah hilir tapak inisiasi transkripsi. Ada dua urutan yang sangat
konservatif di dalam gen tRNA, yaitu kotak A (5’- TGGCNNAGTGG
– 3’) dan kotak B(5’- GGTTCGANNCC – 3’).
Kedua
urutan ini juga menyandi urutan penting di dalam tRNA sendiri, yang disebut dengan kala
D (D-loop) dan kala TΨC. Hal ini berarti
bahwa urutan yang sangat konservatif di dalam tRNA juga merupakan urutan
promoter yang sangat konservatif.
TFIIIC mengikat
baik kotak A maupun kotak B di dalam promoter tRNA. Sementara itu, TFIIIB mengikat
daerah sejauh 50 pb ke arah hulu dari kotak A. TFIIIB terdiri atas tiga
subunit, yang salah satu di antaranya adalah TBP, suatu faktor
inisiasi umum yang diperlukan oleh ketiga RNA polimerase. Subunit yang kedua
dan ketiga masing-masing dinamakanBRF dan B’’. Faktor
TFIIIB tidak memiliki spesifisitas urutan sehingga tempat pengikatannya
bergantung kepada posisi pengikatan TFIIIC pada DNA. TFIIIB memungkinkan RNA
Pol III untuk melakukan inisiasi transkripsi. Begitu TFIIIB terikat, TFIIIC
dapat dikeluarkan tanpa mempengaruhi transkripsi. Oleh karena itu, TFIIIC dapat
dilihat sebagai faktor perakitan untuk penempatan faktor inisiasi TFIIIB.
RNA
Pol III mentranskripsi gen 5S rRNA, yang merupakan satu-satunya subunit rRNA
yang ditranskripsi secara terpisah. Seperti halnya gen-gen rRNA lainnya yang
ditranskripsi oleh RNA Pol I, gen-gen 5S rRNA tersusun secara tandem
(berurutan) di dalam suatu rumpun gen. Pada manusia terdapat suatu rumpun yang
berisi sekitar 2.000 gen. Promoter gen 5S rRNA mengandung daerah kontrol
internal yang dinamakan kotak C. Letaknya sekitar 81 hingga 99 pb
ke arah hilir dari tapak inisiasi transkripsi. Selain itu, terdapat juga kotak
A yang berada pada posisi sekitar +50 hingga +65.
Kotak
C pada promoter 5S rRNA berperan sebagai tempat pengikatan protein spesifik,
yaitu TFIIIA (Gambar 5.8). TFIIIA bekerja sebagai faktor
perakitan yang memungkinkan TFIIIC berinteraksi dengan promoter 5S rRNA.
Sementara itu, kotak A akan menstabilkan pengikatan TFIIIC sehingga faktor ini
berikatan dengan DNA pada posisi yang relatif sama dengan posisi pengikatan
pada promoter tRNA. Begitu TFIIIC terikat pada DNA, TFIIIB dapat berinteraksi
dengan kompleks pengikatan tersebut dan memungkinkan RNA Pol III untuk
melakukan inisiasi transkripsi.
Banyak
gen yang ditranskripsi oleh RNA Pol III bergantung kepada urutan hulu untuk
regulasi transkripsinya. Beberapa promoter seperti U6 snRNA dan gen-gen RNA
kecil dari virus Epstein-Barr hanya menggunakan urutan regulator yang letaknya
di sebelah hulu dari tapak inisiasi transkripsinya. Daerah penyandi U6 snRNA
mempunyai sebuah kotak A yang khas.
Akan
tetapi, urutan ini tidak diperlukan untuk transkripsi. Daerah hulu pada U6
snRNA mengandung urutan khas promoter RNA Pol II, yang meliputi kotak TATA pada
posisi -30 hingga -23. Promoter ini juga memiliki beberapa urutan di daerah
hulu sebagai tempat pengikatan faktor transkripsi lainnya seperti pada
kebanyakan gen U RNA yang ditranskripsi oleh RNA Pol II. Hal ini mendukung
pendapat bahwa faktor-faktor transkripsi umum dapat mengatur gen-gen yang
ditranskripsi baik oleh RNA Pol II maupun oleh RNA Pol III.
Terminasi
transkripsi oleh RNA Pol III nampaknya hanya memerlukan pengenalan polimerase
berupa urutan nukleotida sederhana. Urutan ini terdiri atas sekelompok residu
dA yang efisiensi terminasinya dipengaruhi oleh urutan di sekitarnya. Urutan
5’- GCAAAAGC – 3’ merupakan sinyal terminasi yang efisien untuk gen 5S rRNA
padaXenopus borealis.
e. Gen-gen yang
ditranskripsi oleh RNA Pol II
RNA
Pol II terdapat di dalam nukleoplasma dan bertanggung jawab untuk transkripsi
semua gen penyandi protein dan beberapa gen snRNA. Pra-mRNA (transkrip primer)
yang baru disintesis harus mengalami prosesing melalui pembentukan pelindung(cap) pada
ujung 5’ RNA dan penambahan poli A pada ujung 3’ di samping pembuangan intron
dan penyatuan (splicing) ekson.
Banyak
promoter eukariot mengandung suatu urutan konservatif yang dinamakankotak
TATA. Letaknya sekitar 25 hingga 35 pb dari tapak inisiasi transkripsi,
berisi urutan konsensus sepanjang 7 pb, yaitu 5’- TATA(A/T)A(A/T) – 3’.
Meskipun demikian, saat ini diketahui bahwa protein yang mengikat kotak
TATA, yakni TBP, ternyata berikatan dengan urutan sepanjang 8 pb.
Tambahan sepasang basa ini letaknya di sebelah hilir dari kotak TATA dan
identitasnya tidaklah penting. Kotak TATA bekerja dengan cara yang sama dengan
urutan -10 pada promoter E. coli dalam menempatkan RNA Pol II
agar diperoleh inisiasi transkripsi yang benar.
Meskipun
urutan di antara kotak TATA dan tapak inisiasi transkripsi bukan merupakan
urutan yang penting, jarak antara kedua tempat tersebut ternyata penting.
Hampir 50% tapak inisiasi transkripsi berupa residu A.
Beberapa
gen eukariot tidak mempunyai kotak TATA tetapi memiliki suatu elemen
insiator, yang terletak di sekitar tapak inisiasi transkripsi. Namun,
beberapa promoter tidak memiliki baik kotak TATA maupun elemen inisiator.
Gen-gen semacam ini biasanya ditranskripsi dengan lambat, dan inisiasi
transkripsi dapat terjadi di tempat-tempat yang berbeda sepanjang 200 pb. Gen-gen
ini sering kali mengandung daerah yang kaya GC sepanjang 20 hingga 50 pb pada
posisi 100 hingga 200 pb arah hulu dari tapak inisiasi transkripsi.
Aktivitas
promoter basal yang rendah akan sangat ditingkatkan oleh adanya elemen-elemen
lain di sebelah hulu promoter. Elemen-elemen ini dijumpai pada kebanyakan gen
dengan tingkat ekspresi yang sangat bervariasi di antara jaringan yang berbeda.
Dua contoh yang umum adalah kotak SP1, yang terletak di sebelah
hulu dari banyak gen baik yang mempunyai maupun yang tidak mempunyai kotak
TATA, dan kotak CCAAT. Promoter dapat memiliki salah satu,
keduanya, atau bahkan banyak salinan urutan/kotak tersebut. Urutan yang pada
umumnya terletak 100 hingga 200 pb arah hulu dari promoter ini dinamakan elemen
regulator hulu atau upstream regulatory elements (UREs).
UREs memegang peranan penting dalam menjamin berlangsungnya transkripsi yang
efisien.
Transkripsi
kebanyakan promoter eukariot dapat dipacu oleh elemen kontrol yang letaknya
beribu-ribu pasang basa dari tapak inisiasi transkripsi. Hal ini pertama kali
ditemukan pada genom virus SV40. Suatu urutan sepanjang kira-kira 100 pb pada
DNA virus ini dapat dengan nyata meningkatkan transkripsi dari promoter basal.
Urutan pemacu (enhancer) ini mempunyai panjang 100
hingga 200 pb dan mengandung banyak elemen yang menghasilkan aktivitas
totalnya. Pemacu dapat dijumpai pada sembarang sel atau hanya pada tipe sel
tertentu.
Dengan
makin banyaknya pemacu dan promoter yang ditemukan, terlihat bahwa motif kedua
elemen tersebut ternyata tumpang tindih, baik secara fisik maupun fungsional.
Dengan demikian, terdapat spektrum elemen regulator yang sinambung, mulai dari
elemen-elemen pemacu yang sangat panjang rentangnya hingga elemen-elemen
promoter yang pendek rentangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, P.N., A.D. Smith. 1982. Biochemistry Illustrated.
Wilture Enterprises. Hong Kong.
Girindra, A. 1986. Biokimia 1. Gramedia. Jakarta.
Kay, E.R.M. 1966. Biochemistry : An Introduction to Dynamic
Biology. Collier-Macmillan.Canada.
Kuchel, P., G. B. Ralston. 2006. Biokimia. Schaum.
Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Lehninger, A..L., et al. 1997. Principles of Biochemistry. 2nd .Worth
Publisher. New York.
Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia : Struktur dan Fungsi
Biomolekul. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Nur, M. A. 1990. Konsep Modern Biokimia I. PAU-Ilmu Hayat
IPB. Bogor.
Poedjiadi, A., F.M. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar
Biokimia. UI-Press. Jakaerta.
Stryer, L. 2000. Biokimia. Vol 2. Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia : Proteina, Enzima &
Asam Nukleat. ITB. Bandung.
Jawezt, Melnick, & Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi
Kedokteran Twenty Second Ed Edisi I. Salemba Medika. Jakarta
http://Substansi Genetika.com/google/2009/10/09/biologi/